Multimedia Sixties

The retro counter culture journey through the 1960s

Sejarah dan Fungsi Tentang Humor Bagi Manusia

Sejarah dan Fungsi Tentang Humor Bagi Manusia – Humor mungkin telah ada sejak manusia mengenal bahasa, atau bahkan lebih tua. Humor sebagai salah satu sumber rasa gembira, mungkin sudah menyatu dengan kelahiran manusia sendiri. Jika dilacak mengenai asal usulnya, humor berasal dari kata Latin “umor” yang berarti cairan.

Sejak pada 400 SM, orang Yunani kuno beranggapan bahwa suasana hati manusia ditentukan oleh empat macam cairan di dalam tubuh, yaitu: darah (sanguis), lendir (phlegm), empedu kuning (choler), dan empedu hitam (melancholy). Perimbangan jumlah cairan tersebut menentukan suasana hati. Kelebihan salah satu di antaranya akan membawa pada suasana tertentu. idnpoker

Darah menentukan suasana gembira (sanguine) dan lendir menentukan suasana tenang atau dingin (phlegmatic), empedu kuning menentukan suasana marah (choleric), dan empedu hitam untuk suasana sedih (melancholic). Tiap cairan tersebut mempunyai karakteristik tersendiri dalam mempengaruhi setiap orang. Kekurangan darah menyebabkan orang tidak pemarah. Kelebihan empedu kuning bisa menyebabkan jadi angkuh, pendendam, ambisius dan licik (Manser, 1989). Teori mengenai cairan ini merupakan upaya pertama untuk menjelaskan tentang sesuatu yang disebut humor. www.benchwarmerscoffee.com

Sejarah dan Fungsi Humor

Namun demikian, ajaran yang disusun oleh Plato ini tampaknya sudah tidak ada hubungannya dengan pengertian umum di zaman sekarang ini. Dalam perkembangan yang selanjutnya, selama berabad-abad, lahirlah segala macam teori yang berupaya untuk mendefinisikan humor, yang mengacu pada artian humor seperti yang sekarang lazim dimaksudkan, yang ada hubungannya dengan segala sesuatu yang membuat orang menjadi tertawa gembira (Setiawan, 1990).

Perkembangan humor di Inggris telah terlembaga sejak abad yang ke 16 (Calley, 1997). Pada zaman tersebut terdapat penulis dan pemain teater humor yang sering disebut dengan pemain komedi. Komedian yang terkenal yang bernama Ben Johnson, yang satu karyanya berjudul “Man Out of His Humor”. Karya itu memperlihatkan dua bentuk humor yang berbeda dalarn kehidupan, yaitu humor dalam kata-kata dan humor dalam tingkah laku. Pada abad yang ke 17 merupakan zaman yang sangat pesat bagi perkembangan humor di Inggris, terutama dalam hal teater komedi dan naskah humor. Teater komedi akhirnya menjadi tradisi masa selanjut nya. Dalam pertengahan abad yang ke 18, teater humor bermetamorfosa menjadi satire.

Sampai pada akhir abad ke 18, bentuk teater ini menjadi mode di seluruh daratan Eropa. Pada abad ke 19, humor di Eropa menentukan bentuk baru dalam wujud komik. Abad tersebut ditandai dengan munculnya berbagai macam komik humor dari Jeman, yang kemudian menjadi kegemaran seluruh daratan Eropa bahkan sampai ke daratan Amerika dan Asia. Pada daratan Eropa dan sebagian Amerika, humor telah dianggap menjadi bagian dari kehidupan (Gauter, 1988).

Bahkan dianggap sebagai suatu seni yang setara dengan seni lainnya. Setelah peranan humor meningkat, terutama dalam ltomik dan komedi, setara satire, pada awal abad ke 20; humor memasuki era baru. Pada awal abad itu humor sangat dominan dalam teater komedi dan film. Sampai pada saat itu media massa film masih merupakan ladang subur bagi kehidupan humor.

Komedi dan satire tetap bertahan di kalangan tertentu. Charlie Chaplin, yang dilahirkan bulan April 1889, adalah seorang komedian terkenal di dunia humor modern. Film yang dibintangi olehnya memberi inspirasi yang besar sekali dalam perkembangan humor pada umumnya. Humor menjadi salah satu objek penelitian semenjak pada awal abad ke 20. Berbagai lisan mengenai humor telah diterbitkan para ilmuwan dari berbagai cabang ilmu sosial, terutama dari perspektif psikologi (Hendarto, 1990).  

Di negara Indonesia, secara informal, humor juga sudah menjadi bagian dari lcesenian rakyat, seperti ludruk, ketoprak, lenong, wayang kulit, wayang golek, dan sebagainya. Unsur humor yang ada di dalam kelompok kesenian menjadi unsur penunjang, bahltan menjadi unsur penentu daya tarik. Humor yang dalam pengertian lain nya sering kali disebut dengan lawak, banyolan, dagelan dan sebagainya, menjadi lebih terlembaga setelah Indonesia merdeka, seperti munculnya grup-grup lawak Atmonadi Cs, Kwartet Jaya, Loka Ria, Srimulat, Surya Grup, dan lain-lainnya (Widjaja, 1993).

Perkembangan lain terjadi pada media massa cetak, baik majalah maupun surat kabar. Pada tahun 60 an terbit beberapa majalah humor, namun tidak bertahan lama. Di antaranya adalah majalah STOP. Surat kabar membuka rubrik khusus untuk humor. Cerita-cerita lucu yaitu anekdot, karikatur dan kartun sering dijumpai pada media massa cetak (Kusmartiny, 1993).

FUNGSI HUMOR

Menurut Sujoko (1982) humor dapat berfungsi untuk:

(1) untuk melaksanakan segala keinginan dan segala tujuan gagasan atau pesan.

(2) humor bisa menyadarkan orang bahwa dirinya tidak selalu benar.

(3) humor dapat mengajar orang melihat persoalan dari berbagai sudut.

(4) humor dapat menghibur.

(5) humor dapat melancarkan pikiran.

(6) humor dapat membuat orang mentolerir sesuatu.

(7) humor dapat membuat orang memahami soal pelik.

Karikatur adalah gambar sindiran atau kritikan yang mempunyai nuansa humor James Danandjaya (dalam Suhadi, 1989), mengatakan bahwa: “Fungsi humor yang paling menonjol, yaitu sebagai sarana penyalur perasaan yang menekan diri sese-orang. Perasaan itu dapat disebabkan oleh macam-macam hal, seperti ketidak adilan sosial, persaingan politik, ekonomi, suku bangsa atau golongan, dan kekangan dalam kebebasan gerak, seks, atau kebebasan mengeluarkan pendapat. Jika terdapat ketidak adilan biasanya timbul humor yang berupa protes sosial atau kekangan seks, biasanya menimbulkan humor mengenai “seks”.

Beberapa fungsi humor yang pada sejak dulu telah dikenal masyarakat kita antara lain, fungsi pembijaksanaan orang dan penyegaran, yang membuat orang mampu memusatkan perhatian untuk waktu yang lama. Fungsi itu dapat kita amati di dalam pertunjukan wayang, dimana punakawan muncul untuk menyegarkan suasana. Humor punakawan biasa nya mendidik dan membijaksanakan orang (Hendarto, 1990).

Dari keterangan di atas dapatlah dijelaskan bahwa penyaluran ketegangan lewat humor sangat positif, karena membawa kesejahteraan jiwa. Jika semua perasaan tidak puas dan ketegangan yang dialami tidak disalurkan, maka &an membawa bencana, tidak hanya bagi yang memendam, tetapi juga untuk orang lain atau masyarakat sekitarnya. Sujoko (1982) mengatakan bahwa di Indonesia kalangan mahasiswa gemar menggunalcan humor sebagai sarana kritilc sosial. Kegemaran tersebut menunjukkan bahwa mahasiswa ialah personal yang sedang di didik untuk menjadi manusia yang ltritis, serta harus bersikap skeptis, sehingga jalan pikirannya akan menjadi ilmiah, tidak begitu saja menerima semua yang dihidangkan.

Dengan ditanamkannya sikap ini, mata tak heran jika mereka akan protes bila melihat orang yang seharusnya menjadi penuntun mereka, malah menyeleweng atau lnemb~lat terobosan seenak hatinya, serta bersifat munafik (Sumarthana, 1983). Sangat beralasan jika para mahasiswa memilih humor sebagai media protes sosial, sebab media ini paling sesuai dengan kepribadian tradisional bangsa kita yang tidak suka dikritik secara langsung. Dengan adanya sikap ini, maka di negara kita, protes tidak langsung mempunyai pengaruh yang lebih ampuh dibandingkan dengan protes yang langsung. Kritik yang disampaikan secara tertulis sering kali menimbulkan bencana, berbeda jika kritik disajiltan dalam bentulc humor.

Protes sosial dalam humor tak mungkin ditanggapi secara serius, ltarena yang menyuarakan sama sekali tidak bertanggung jawab. Tanggung jawab di dalam protes sosial berupa humor telah diambil kolektif; sehingga kolektifanlah yang bertanggung jawab. Sementara itu Jatiman di dalam Suhadi, 1989, Sosiolog dan juga staf pengajar UI mengatakan bahwa: “Disamping sebagai sarana kritik sosial, adakalanya humor juga dibuat sebagai alat aktualisasi diri. Dalam suatu lingkungan yang tertentu, segolongan orang yang tidak berdaya untuk melemparkan kritik langsung, mencoba melakukannya dengan menciptakan humor tentang yang bersangkutan”.

Sejarah dan Fungsi Humor 1
Happy businessman or student rejoices at success. business concept. Cartoon in pop art retro comic style

Fungsi humor yang lain adalah sebagai relcreasi. Dalam hal tersebut, humor mempunyai fungsi untuk menghilangkan kejenuhan dalam hidup sehari-hari yang bersifat rutin. Sifatnya hanya sebagai hiburan semata. Selain itu humor juga mempunyai fungsi untuk menghilangkan stres akibat tekanan jiwa atau batin (Setiawan, 1990). Emil Salinl di dalam Suhadi, 1989 mempunyai pendapat bahwa, “Selain merupakan salah satu cara untuk menyampaikan kritik, juga merupakan bagian dari proses menjalin komunikasi sosial antara manusia. Untuk komunikasi yang sifatnya serius, pesan-pesan yang akan disampaikan biasanya tidak mudah terjalin antara kedua belah pihak.

Jika pertemuan merupakan pertemuan yang baru, maka medium humor dalam tahap komunikasi alcan mempercepat terbukanya pintu keakraban”. Bahkan Kartono Muhamad dalam Suhadi, 1989 mempunyai pendapat bahwa; “Humor yang baik adalah humor yang dapat mentertawakan diri sendiri, atau humor otokritik. Walaupun membuat diri pribadi sakit hati, humor otokritik adalah sesuatu yang menunjukkan kedewasaan sikap. Artinya, mampu memberi kritik terhadap diri sendiri, serta bisa pula secara terbuka menerima opini orang lain”.

Pada akhirnya, untuk menjadikan humor yang baik, harus melihat situasi dan kondisi. Humor dilakukan dengan tak terlalu berlebihan, agar “mutu” humor tetap terjaga. Humor adalah sebagai sarana komunikasi sosial diharapkan dapat dipahami dan diterima oleh berbagai ragam individu.

Tiffany Shelton

Back to top